Oleh karena itulah Islam memberikan pedoman dalam memilih pemimpin yang baik.
Dalam Al Qur’an, Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin
yang beriman: Antara Firman Allah :
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. “ (An Nisaa 4:138-139)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu):
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaa yang lain. Barangsiapa
diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
oarng-orang yang zalim " (QS. Al-Maidah: 51)
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika
mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu
menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim"
(At Taubah:23)
"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman atau pelindung)" (An
Nisaa:144)
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil
orang-orang kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat
demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun..." (Ali
Imran:28)
Selain beriman, seorang pemimpin juga harus adil:
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “ada tujuh golongan manusia yang kelak akan memperoleh
naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya,
(mereka itu ialah):
1. Imam/pemimpin yang adil
2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah
3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid
4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan
berpisah pun karena Allah
5. Seorang pria yang diajak (berbuat serong) oleh seorang wanita kaya dan
cantik, lalu ia menjawab “sesungguhnya aku takut kepada Allah”
6. Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasia,
sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan
kanannya
7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian,
hingga melelehkan air matanya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
“Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah
keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat dengan taqwa…”
(Q.s. Al-Maidah 5: 8)
Keadilan yang diserukan al-Qur’an pada dasarnya mencakup keadilan di bidang
ekonomi, sosial, dan terlebih lagi, dalam bidang hukum. Seorang pemimpin yang
adil, indikasinya adalah selalu menegakkan keutamaan hukum; memandang dan
memperlakukan semua manusia sama di depan hukum, tanpa pandang bulu. Hal inilah
yang telah diperintahkan al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah ketika
bertekad untuk menegakkan hukum (dalam konteks pencurian), walaupun pelakunya
adalah puteri beliau sendiri, Fatimah. Allah
berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau
miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa;
4: 135)
Disebutkan dalam sebuah kesah, ketika seorang perempuan dari suku Makhzun
dipotong tangannya lantaran mencuri, kemudian keluarga perempuan itu meminta
Usama bin Zaid supaya memohon kepada Rasulullah SAW untuk membebaskannya, Rasulullah SAW pun marah.
Beliau bahkan mengingatkan bahwa, kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan
oleh ketidakadilan dalam melaksanakan hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “
Adakah patut engkau memintakan kebebasan dari satu hukuman dari beberapa
hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu berkhutbah, dan
berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu itu
rosak/binasa dikeranakan apabila orang-orang yang mulia diantara mereka
mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri, mereka
berikan kepadanya hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i,
Abu Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu Majah)
“Sesungguhnya Allah
akan melindungi negara yang menegakkan keadilan walaupun ia kafir, dan tidak
akan melindungi negara yang dzalim (tiran) walaupun ia muslim”. (Mutiara I dr Ali ibn Abi Thalib)
Pilihlah pemimpin yang jujur:
Dari Ma’qil ra. Berkata: saya akan menceritakan kepada engkau hadis yang saya
dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar beliau bersabda: “seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah
rakyat (pejabat), kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia
tidak akan memperoleh bau surga”. (HR. Bukhari)
Pilihlah pemimpin yang bersungguh-sungguh dan ikhlas mahu mencegah dan
memberantas kemungkaran seperti korupsi, nepotisme, manipulasi, dll: Rasulullah
SAW bersabda : “Barang siapa melihat kemungkaran,
maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya
merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang
demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Pilih pemimpin yang bisa mempersatukan ummat, bukan yang fanatik terhadap
kelompoknya sendiri:
Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyatakan dalam Al Qur’an : “ … Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian, orang-orang
Muslim, dari dahulu … .” (QS. Al Hajj : 78)
Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menukil satu hadits yang
berbunyi : “Barangsiapa menyeru dengan
seruan-seruan jahiliyah maka sesungguhnya dia menyeru ke pintu jahanam.”
Berkata seseorang : “Ya Rasulullah, walaupun dia puasa dan shalat?” “Ya,
walaupun dia puasa dan shalat, walaupun dia mengaku Muslim. Maka menyerulah
kalian dengan seruan yang Allah telah memberikan nama atas kalian, yaitu : Al
Muslimin, Al Mukminin, Hamba-Hamba Allah.” (HR. Ahmad jilid 4/130,
202 dan jilid 5/344)
Ada beberapa sifat baik yang harus dimiliki oleh para Nabi, yaitu: Amanah
(dapat dipercaya), Siddiq (benar), Fathonah (cerdas/bijaksana), serta tabligh
(berkomunikasi dgn baik dgn rakyatnya). Sifat di atas juga harus dimiliki oleh
pemimpin yang kita pilih.
Pilihlah pemimpin yang amanah, sehingga dia benar-benar berusaha
mensejahterakan rakyatnya. Bukan hanya pandai menjual aset negara atau kekayaan
Negara untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Pilih pemimpin yang cerdas, sehingga dia tidak bisa ditipu oleh anak buahnya
atau kelompok lain sehingga merugikan negara. Pemimpin yang cerdas punya visi
dan misi yang jelas untuk memajukan rakyatnya.
Dalam Islam, kepemimpinan itu penting, sehingga Nabi pernah berkata, “jika kalian berpergian, pilihlah satu orang jadi pemimpin.
Jika hanya berdua, maka salah satunya jadi pemimpin.” Sholat wajib
pun yang paling baik adalah yang ada pemimpinnya (imam). Kepentingan memilih
pemimpin juga dapat dilihat apabila wafatnya Rasulullah SAW, dimana para
sahabat yang agong lagi rapat dengan Rasulullah SAW seperti Abu Bakar ra, Umar
ra, Osman ra ,dan sahabat besar yang lain tidak ada semasa urusan pengkebumian
baginda kerana memilih Khalifah (pemimpin ) untuk memimpin umat seterusnya.
Wa’allahualam
No comments:
Post a Comment