Isnin : 5 Rejab 1430H - DAKWAH, JALAN KEMULIAAN
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang mengajak kepada kebajikan (Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran [03]: 104)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Sehingga individu dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Tidak ada satu pun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan semacam itu apalagi menandinginya. Rasulullah SAW telah menjelaskan hubungan individu dengan masyarakat ini melalui sabdanya:
“Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan batas (peraturan) Allah adalah laksana kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian lain di bagian bawah, jika mereka memerlukan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka merekapun bekata, “bagaimana jika kami lubangi saja bagian bawah kapal ini (untuk mendapatkan air), kerana hal itu tidak menyakiti orang yang berada di bagian atas.” Jika kalian biarkan mereka berbuat menuruti keinginan mereka itu, maka binasalah mereka, dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang yang lain.” (HR. Bukhari)
Baginda juga menjelaskan bagaimana pentingnya kerjasama individu dan masyarakat, dimana individu menjaga kesejahteraan masyarakat dan masyarakat menjaga individu. Sabda Beliau SAW: “Perumpamaan orang-orang muslim, bagaimana kasih sayang dan tolong menolong terjalin antar mereka, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merintih merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi membantunya, dengan berjaga (tidak tidur) dan bereaksi meningkatkan panas badan (demam).” (HR. Muslim)
Oleh karena itu Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab terhadap saudaranya dan segenap umat manusia pada setiap waktu dan keadaan. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang bangun pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa disisi Allah; dan barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka.” (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghifari)
Umat Islam memerlukan orang-orang yang mampu membawa umat kembali menuju kemuliaan dan ketinggiannya dengan jalan meningkatkan taraf berpikir umat dengan pemikiran Islami berdasarkan AlQuran dan al-Sunnah. Insyallah tidak mustahil kejayaan Islam akan dinikmati seperti pada masa Rasulullah SAW, para shahabat, Khulafaur Rasyidin dan para kekhalifahan sesudahnya akan terulang kembali. Sebagaimana firman Allah SWT: "Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh pasti menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa…” (QS. An Nur [24]: 55)
Oleh sebab itu, orang yang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap diri, keluarga, dan umatnya serta mengharapkan keredhaan Rabbnya, akan berusaha sekuat tenaga melakukan perubahan ke arah Islam. Berkaitan dengan ini Allah SWT mensyariatkan umatnya dengan dakwah yang merupakan salah satu bagian syariat Islam. Dengan dakwah, Islam akan kembali tersebar ke seluruh penjuru dunia, dipeluk, difahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan bangsa.
Dakwah menurut makna bahasa adalah seruan. Sedangkan menurut makna syara’, dakwah adalah seruan kepada orang lain agar mengambil yang khoir (Islam), melakukan kema’rufan dan mencegah kemunkaran. Atau juga dapat didefinisikan dengan upaya untuk merubah manusia –baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya dari jahiliyah ke Islam, atau dari yang sudah Islam menjadi lebih kuat lagi Islamnya. Berkaitan dengan dakwah ini Allah SWT berfirman:
“Serulah manusia ke jalan Rabbmu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl [16]: 125)
“Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah [09]: 71)
Sabda Rasul yang bermaksud: "Sampaikan daripadaku walaupun satu ayat". Dan Sabdanya lagi: “Katakan yang benar itu walaupun pahit”.
Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa dakwah hukumnya wajib karena Allah berjanji akan memberi rahmat kepada orang yang berdakwah. Hal ini merupakan indikasi (qarinah) yang menunjukkan ketegasan perintah tersebut. Demikian pula qarinah yang tegas itu terlihat pada sabda Rasulullah SAW: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma’ruf dan melarang berbuat munkar, ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdo’a, maka do’a itu tidak akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Turmidzi, An Nasaa’i, Ibnu Majah, dari Abi Sa’id Al Khudri)
Pendakwah adalah siapa saja yang telah terkena taklif syar’i, yaitu Islam, baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan sama saja. Sedangkan orang yang menerima dakwah adalah orang kafir, baik ahli kitab maupun musyrik (sebagai individu maupun negara) dan orang Islam sendiri.
Antara firman Allah berkaitan dakwah berbentuk individu, jamaah atau negara ialah:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (agama) Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk golongan orang-orang muslimin.” (QS. Fushshilat [41]: 33)
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang mengajak kepada kebajikan (Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [03]: 104)
Rasulullah SAW bersabda: “Rasulullah SAW (sebagai kepala negara) tidak pernah memerangi suatu kaum, melainkan sesudah terlebih dahulu beliau menyampaikan dakwah Islam kepada mereka.” (HR. Imam Ahmad)
Tujuan menjalankan dakwah untuk menjadikan Islam sebagai rahmat. Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya [21]: 107)
Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman! apakah kamu mau aku tunjukkan satu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksaan yang sangat dahsyat: ” Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya serta Kamu berjihad dengan harta dan jiwa kamu pada jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”. (As Shof 10- 11).
“Sesungguhnya orang-orang yang sebenar-benarnya beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, serta mereka berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar". (Al-Hujurat 15)
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa'at bagi orang-orang yang beriman.” (QS adz-Dzariyat/51:55).
Wallahhualam
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang mengajak kepada kebajikan (Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS. Ali Imran [03]: 104)
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Sehingga individu dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Tidak ada satu pun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan semacam itu apalagi menandinginya. Rasulullah SAW telah menjelaskan hubungan individu dengan masyarakat ini melalui sabdanya:
“Perumpamaan orang yang menjaga dan menerapkan batas (peraturan) Allah adalah laksana kelompok penumpang kapal yang mengundi tempat duduk mereka. Sebagian mereka mendapat tempat di bagian atas, dan sebagian lain di bagian bawah, jika mereka memerlukan air, maka harus berjalan melewati bagian atas kapal. Maka merekapun bekata, “bagaimana jika kami lubangi saja bagian bawah kapal ini (untuk mendapatkan air), kerana hal itu tidak menyakiti orang yang berada di bagian atas.” Jika kalian biarkan mereka berbuat menuruti keinginan mereka itu, maka binasalah mereka, dan seluruh penumpang kapal itu. Tetapi jika kalian cegah mereka, maka selamatlah mereka dan seluruh penumpang yang lain.” (HR. Bukhari)
Baginda juga menjelaskan bagaimana pentingnya kerjasama individu dan masyarakat, dimana individu menjaga kesejahteraan masyarakat dan masyarakat menjaga individu. Sabda Beliau SAW: “Perumpamaan orang-orang muslim, bagaimana kasih sayang dan tolong menolong terjalin antar mereka, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merintih merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi membantunya, dengan berjaga (tidak tidur) dan bereaksi meningkatkan panas badan (demam).” (HR. Muslim)
Oleh karena itu Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk bertanggung jawab terhadap saudaranya dan segenap umat manusia pada setiap waktu dan keadaan. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang bangun pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa disisi Allah; dan barangsiapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka.” (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al Ghifari)
Umat Islam memerlukan orang-orang yang mampu membawa umat kembali menuju kemuliaan dan ketinggiannya dengan jalan meningkatkan taraf berpikir umat dengan pemikiran Islami berdasarkan AlQuran dan al-Sunnah. Insyallah tidak mustahil kejayaan Islam akan dinikmati seperti pada masa Rasulullah SAW, para shahabat, Khulafaur Rasyidin dan para kekhalifahan sesudahnya akan terulang kembali. Sebagaimana firman Allah SWT: "Dan Allah SWT telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh pasti menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa…” (QS. An Nur [24]: 55)
Oleh sebab itu, orang yang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap diri, keluarga, dan umatnya serta mengharapkan keredhaan Rabbnya, akan berusaha sekuat tenaga melakukan perubahan ke arah Islam. Berkaitan dengan ini Allah SWT mensyariatkan umatnya dengan dakwah yang merupakan salah satu bagian syariat Islam. Dengan dakwah, Islam akan kembali tersebar ke seluruh penjuru dunia, dipeluk, difahami dan diamalkan oleh manusia dari berbagai suku dan bangsa.
Dakwah menurut makna bahasa adalah seruan. Sedangkan menurut makna syara’, dakwah adalah seruan kepada orang lain agar mengambil yang khoir (Islam), melakukan kema’rufan dan mencegah kemunkaran. Atau juga dapat didefinisikan dengan upaya untuk merubah manusia –baik perasaan, pemikiran, maupun tingkah lakunya dari jahiliyah ke Islam, atau dari yang sudah Islam menjadi lebih kuat lagi Islamnya. Berkaitan dengan dakwah ini Allah SWT berfirman:
“Serulah manusia ke jalan Rabbmu (Allah) dengan jalan hikmah (hujjah) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl [16]: 125)
“Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah [09]: 71)
Sabda Rasul yang bermaksud: "Sampaikan daripadaku walaupun satu ayat". Dan Sabdanya lagi: “Katakan yang benar itu walaupun pahit”.
Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa dakwah hukumnya wajib karena Allah berjanji akan memberi rahmat kepada orang yang berdakwah. Hal ini merupakan indikasi (qarinah) yang menunjukkan ketegasan perintah tersebut. Demikian pula qarinah yang tegas itu terlihat pada sabda Rasulullah SAW: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma’ruf dan melarang berbuat munkar, ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdo’a, maka do’a itu tidak akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Turmidzi, An Nasaa’i, Ibnu Majah, dari Abi Sa’id Al Khudri)
Pendakwah adalah siapa saja yang telah terkena taklif syar’i, yaitu Islam, baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan sama saja. Sedangkan orang yang menerima dakwah adalah orang kafir, baik ahli kitab maupun musyrik (sebagai individu maupun negara) dan orang Islam sendiri.
Antara firman Allah berkaitan dakwah berbentuk individu, jamaah atau negara ialah:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (agama) Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata sesungguhnya aku ini termasuk golongan orang-orang muslimin.” (QS. Fushshilat [41]: 33)
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat (kelompok) yang mengajak kepada kebajikan (Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran [03]: 104)
Rasulullah SAW bersabda: “Rasulullah SAW (sebagai kepala negara) tidak pernah memerangi suatu kaum, melainkan sesudah terlebih dahulu beliau menyampaikan dakwah Islam kepada mereka.” (HR. Imam Ahmad)
Tujuan menjalankan dakwah untuk menjadikan Islam sebagai rahmat. Allah SWT berfirman:
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya [21]: 107)
Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman! apakah kamu mau aku tunjukkan satu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksaan yang sangat dahsyat: ” Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasulnya serta Kamu berjihad dengan harta dan jiwa kamu pada jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”. (As Shof 10- 11).
“Sesungguhnya orang-orang yang sebenar-benarnya beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu lagi, serta mereka berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar". (Al-Hujurat 15)
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa'at bagi orang-orang yang beriman.” (QS adz-Dzariyat/51:55).
Wallahhualam
No comments:
Post a Comment