Rabu, 22 Jamadilawal 1434H: Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Pada suatu hari kami berada bersama-sama 'Umar bin Khaththab, lalu dia bertanya: "Siapakah di antara Anda semua yang pernah mendengar Rasulullah saw. membicarakan perihal fitnah (bencana"?")
Jawab hadirin, "Kami pernah mendengar."
Kata 'Umar, "Barangkali yang Anda maksudkan, bencana yang terjadi dalam keluarga atau tetangga seseorang."
Jawab mereka, "Ya, benar!"
Kata 'Umar, "Bencana yang demikian dapat dihapus dengan solat, puasa dan sedekah. Tetapi siapa di antara Anda sekalian yang pernah mendengar Nabi saw. berbicara mengenai bencana besar yang terjadi seperti gelombang laut?"
Kata Hudzaifah, "Orang banyak diam saja. Kerana itu aku berkata: "Aku pernah dengar!"
Kata 'Umar, "Bagus, silakan bicara!"
Kata Hudzaifah, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Fitnah membentang dalam lubuk hati manusia sedikit demi sedikit bagaikan tenunan sehelai tikar. Hati yang menerimanya akan mendapat berbintik hitam, sedangkan hati yang menolak fitnah itu akan tetap putih cemerlang selama langit dan bumi masih ada. Hati yang telah kena bercak hitam, lama-lama akan menjadi sangat hitam bagaikan belanga tertelungkup. Dia tidak lagi mengenal baik dan buruk, tetapi hanya mengikuti kehendak hawa nafsunya semata-mata."
Kata Hudzaifah melanjutkan, "Antara Anda dengan berkecamuknya bencana besar itu terdapat sebuah pintu yang terkunci rapat, namun dikhuatirkan pintu itu akan dipecahkan orang."
Tanya Umar, "Akan dipecahkan orang? Bagaimanakah kiranya kalau pintu itu dibuka saja, barangkali dapat ditutup kembali dengan baik."
Kata Hudzaifah, "Pintu itu ialah seorang pemimpin utama yang kemudian tewas dibunuh orang. Dan hadis ini bukanlah sekadar cerita dongeng belaka. "
Hadis Sahih Muslim Jilid 1. Hadis Nombor 0117.
No comments:
Post a Comment