Thursday, March 18, 2010

Kisah Raja Thalut Dalam Surah Al Baqarah 246-252

Khamis, 2 Rabiulakhir 1431H :- Ringkasan kisah. Ayat-ayat Al Qur'an memberi gambaran kepada kita tentang kondisi Bani Israel dalam satu masa kehidupannya di tanah suci Palestina. Dimana saat itu mereka berada dalam masa-masa yang kelam; teraniaya dan menjadi tujuan penyerangan musuh-musuhnya. Sialnya, musuh-musuh mereka dapat mencuri "Tâbut"yang di dalamnya Allah telah memberikan perasaan tenang kepada mereka. Tabut itu merupakan satu-satunya peninggalan dari keluarga Musa dan keluarga Harun As.

Bani Israel sepenuhnya merasakan kehinaan dan penderitaan ini. Semua orang menderita, tak terkecuali para pemimpin mereka. Maka dalam diri mereka timbul niat untuk merubah keadaan ini, mereka memimpikan kemenangan. Mereka sudah bosan menjadi bangsa yang ditindas. Dalam pandangan mereka hanya ada satu jalan untuk meraih itu; perang sampai titik darah penghabisan.

Dari itu para pemimpin Bani Israel mendatangi Nabi mereka, mereka meminta dipilihkan seseorang diantara Bani Israel menjadi pemimpin perang, mampu memberikan kemenangan kepada mereka dan mengalahkan musuh-musuh Bani Israel.

Nabi mereka mengetahui ciri dari tabiat Bani Israel. Jika mereka diperintahkan untuk berperang, niscaya sebagian besar dari mereka tidak akan mau pergi ke medan perang. Nabi mereka menjawab: "mungkin saja jika kalian diwajibkan berperang, kalian tidak akan melakukannya?" perhatikan dialog yang dikatakan Nabi mereka, Al Qur'an mengisyaratkan pemahaman Nabi mereka kepada sifat-sifat dasar yang ada dalam diri Bani Israel.

Bani Israel menyanggah perkataan Nabi itu, lalu mereka berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak akan lari dari medan perang jika perintah untuk berperang datang. Dan mereka memberi alasan bahwa yang menjadikan Bani Israel enggan berperang selama ini karena tidak adanya orang yang memimpin mereka. Alasannya lainnya yang mereka sampaikan kepada Nabinya, bahwa mereka sudah tidak kuat lagi menerima kondisi tertekan dan kekalahan yang selama ini mereka alami. Oleh karena itu mereka tidak mungkin lari dari peperangan.

Ketika mendengar penjelasan dan alasan yang logis dari umatnya, Nabi mereka segera berdoa kepada Allah untuk mengabulkan permohonan mereka. Allah mengabulkan keinginan Bani Israel, Ia mewahyukan kepada Nabi itu bahwa pemimpin yang mereka inginkan itu adalah Thâlut. Dialah pemimpin yang Allah pilih untuk menuju kemenangan yang diimpikan Bani Israel.
Tetapi apa yang terjadi? Bani Israel menolak Thâlut sebagai pemimpin mereka. Mereka menginginkan seorang pemimpin dari kalangan bangsawan Bani Israel seperti tradisi yang ada selama ini. Bukan Thalut yang hanya seorang rakyat miskin, dan tidak memiliki harta benda yang setara dengan para bangsawan. "Bagaimana mungkin ia menjadi raja kami, sementara kami lebih berhak untuk menjadi raja. Ia tidak punya harta benda yang banyak!" begitulah ucapan yang keluar dari Bani Israel.

Nabi mereka cukup terkejut dengan pernyataan itu, padahal mereka tidak meminta raja dari keturunan bangsawan. Maka dengan sabar Nabi menjelaskan kepribadian yang ada dalam diri Thalut. Bahwa ia adalah seseorang yang berhak menjadi raja yang layak bagi mereka dalam timbangan Tuhan, itu memang dibutuhkan rasa keimanan untuk menerimanya. Allah memilihnya diantara Bani Israel disebabkan Thalut memilili kelebihan yang menonjol dari ilmu pengetahuan dan kekuatan fisik yang memadai untuk menjadi panglima perang. Lalu apa yang menjadikan kalian (Bani Israel) menolaknya? Sesungguhnya Allah memberikan kekuasan kepada siapa yang dikehendakinya. Dengan penjelasan ini, Nabi mereka ingin mengalahkan logika yang ada dalam jiwa Bani Israel. Oleh karena itu ia jelaskan kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri Thalut dan terpilihnya Thalut atas kehendak Allah semata. Kemudian untuk menguatkan kata-katanya, Nabi mereka berkata, "sesungguhnya tanda-tanda ia akan menjadi raja bagi kalian adalah kembalinya Tabut kepada kalian yang dibawa oleh seorang malaikat."

Tabut yang telah hilang dicuri oleh musuh Bani Israel akan kembali kepada mereka. Tanpa ada peperangan dengan musuh-musuh Bani Israel. Allah telah mengutus seorang malaikat untuk mengambil Tabut itu dan membawanya kepada mereka. Ini merupakan bukti dan petunjuk bahwa Allah dan para malaikat meridhai Thalut sebagai pemimpin mereka. Janji yang diucapkan Nabi mereka benar adanya, tak lama kemudian seorang malaikat datang kepada mereka. Akhirnya Thalut menjadi raja Bani Israel dan memerintahkan mereka untuk bersiap-siap berperang.

Di tengah perjalanan menuju medan perang, Thalut yang kini menjadi pemimpin mereka memberi pesan bahwa Allah akan menguji mereka dengan sebuah sungai. "Ketika melewati sungai itu, jangan ada yang meminum airnya. Barang siapa meminumnya berarti ia bukan seorang prajurit yang patuh dan ia bukan dari golonganku. Dan barang siapa taat atas perintah Allah, maka ia akan tetap bersamaku." Thalut hanya membolehkan meminumnya seteguk saja dan diambil dari tangan. Sekedar menghilangkan rasa haus dan membahasi bibir yang kering.
Tetapi ketika mereka sampai ke tepi sungai, kebanyakan dari mereka melanggar perintah Thalut. Kecuali sedikit saja yang tetap setia kepada Thalut. Thalut mengambil inisiatif untuk meninggalkan mereka yang melanggar perintahnya, dan mengajak pasukannya yang sedikit untuk bergegas ke medan perang.

Saat tiba di medan perang, tentaranya yang sedikit itu merasa ngeri dan takut untuk melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah besar. Pasukan musuh yang berjumlah besar itu berada di bawah kepemimpinan Jalut (Goliat). Pasukan Bani Israel berkata kepada Thalut: "Hari ini kami tidak ada kekuatan untuk melawan Jalut dan pasukannya. Dan kami tidak berani untuk berperang melawan mereka!" lalu mereka pun pergi meninggalkan medan perang. Tinggallah di sana Thalut dan beberapa orang saja dari tentaranya. Mereka yang tetap itu adalah orang-orang yang meyakini akan bertemu Allah, mengharap surga dan segala kenikmatannya.

Melihat kondisi seperti itu, Thalut memberikan kata-kata yang memberi ketentraman kepada pasukannya: "Berapa banyak kelompok kecil sanggup mengalahkan kelompok yang lebih besar atas izin Allah! Dan Allah bersama orang-orang yang sabar." Saat memasuki peperangan Thalut berdoa kepada Allah dengan khusyu: "Wahai Tuhanku karuniakan kepada kami kesabaran, tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir." Allah pun berkenan memberikan pertolonganNya, Thalut dan pasukannya mendapat kemenangan.

Diantara "orang-orang sabar" yang tetap bersama Thalut adalah Nabi Daud As. Saat itu ia belum diangkat menjadi Nabi dan belum menjadi raja. Ia diangkat menjadi Nabi dan menjadi raja Bani Israel setelah peperangan ini. Dengan gagah berani ia maju kebarisan dimana Jalut berada dan kemudian membunuhnya. Dan setelah perang ini Daud diangkat menjadi raja Bani Israel dan dikaruniai ilmu yang banyak.

Pasukan Thalut kembali ke negeri Palestina dengan kemenangan. Tetapi kemengan ini tercoreng oleh ulah sebagian pasukan Bani Israel, yaitu melanggar perintah Thalut dan lari dari medan perang.

Beberapa catatan yang menjadi pelajaran dalam kisah ini.
  1. Sebuah kelompok atau masyarakat perlu ada seorang yang memimpin. Ini untuk memudahkan pengaturan. Nabi Saw memerintahkan kita untuk menunjuk salah seorang menjadi pemimpin jika bepergian, walau jumlah kita hanya tiga orang.
  2. Kecerdasan firasat seorang Nabi merupakan bukti bahwa ia sanggup memahami karakter umatnya. Kemampuan firasat seperti ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang memiliki hati bersih, selalu dekat kepada Allah dan ikhlas berbadah kepadanya. Jadi ini merupakan pemberian dari Allah atas segala ibadahnya. Nabi Saw mengatakan: "Takutlah kalian kepada firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya Allah."
  3. Nama panglima musuh dalam Al Qur'an adalah Jalut, sementara dalam riwayat Israiliyat adalah Goliat. Dalam menentukan mana yang benar ada baiknya kita lebih mengutamakan pendapat Al Qur'an.
  4. Kepemimpinan diwariskan bukan dengan kekerabatan, teman dan hubungan keluarga. Tetapi dengan ilmu dan kekuatan.
  5. Dalam ayat didahulukan kata kekuatan ilmu daripada kekuatan fisik. Itu dimaksudkan kata Imam Ar Razy seorang ahli tafsir, bahwa kekuatan dalam jiwa dan akal lebih utama daripada kekuatan fisik. Sebagian ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan Thalut memiliki kekuatan fisik yaitu Thalut memang memiliki fisik paling kuat, tubuh tinggi besar dan wajah yang paling tampan.
  6. Thalut melarang pasukannya meminum air sungai padahal minum adalah sesuatu yang dibolehkan dalam agama. Ini merupakan bentuk pelajaran dari kepemimpinan, bahwa seorang pemimpin boleh memberi pelajaran kepada rakyatnya untuk menguji kepatuhannya

1 comment:

Imam Fahrudin said...

sangat bermanfaat salam kenal