Isnin, 9 Syawal 1430H - Kerja merupakan” kesungguhan yang dilaksanakan oleh manusia bagi mendapatkan upah atau ganjaran”.Manakala ibadah bermaksud” kepatuhan dari ketaatan kita kepada ketinggian dan kekuasaan Allah yang diiringi kesanggupan menyerah diri kepadanya”. Apabila digabungkan ,ia bolehlah diertikan sebagai tugas atau tanggungjawab untuk meraih pendapatan dan keredhaan Allah.
Allah Taala berfirman dalam surah AtTaubah ayat 105 yang bermaksud: “Katakanlah(Wahai Muhammad):”Beramallah kamu(akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian dia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan”
Allah Taala berfirman dalam surah Al Jumaah ayat 10 yang bermaksud: “Kemudian setelah selesai solat,maka bertebaranlah kamu di mukabumi (untuk menjalankan urusan masing-masing), dan carilah limpah kurniaan Allah, serta ingatlah Allah sebanyak-banykanya(dalam setiap keadaan), supaya kamu berjaya(di dunia dan akhirat)."
Bekerja bukan hanya keperluan hidup, tapi juga kewajiban. Berpahala jika dilakukan, berdosa kalau ditinggalkan. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw. Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelongnya kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mahu membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham. Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali. Inilah lelongan pertama kali yang dilakukan Rasulullah.
Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.” Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima wangnya. Wang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan wang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”
Allah Taala berfirman dalam surah AtTaubah ayat 105 yang bermaksud: “Katakanlah(Wahai Muhammad):”Beramallah kamu(akan segala yang diperintahkan), maka Allah dan RasulNya serta orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian dia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan”
Allah Taala berfirman dalam surah Al Jumaah ayat 10 yang bermaksud: “Kemudian setelah selesai solat,maka bertebaranlah kamu di mukabumi (untuk menjalankan urusan masing-masing), dan carilah limpah kurniaan Allah, serta ingatlah Allah sebanyak-banykanya(dalam setiap keadaan), supaya kamu berjaya(di dunia dan akhirat)."
Bekerja bukan hanya keperluan hidup, tapi juga kewajiban. Berpahala jika dilakukan, berdosa kalau ditinggalkan. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw. Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelongnya kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mahu membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham. Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali. Inilah lelongan pertama kali yang dilakukan Rasulullah.
Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.” Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima wangnya. Wang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan wang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”
Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi keperluan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri. Rasulullah saw pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik,” (HR Ahmad dan Baihaqi).
Sedemikian tingginya penghargaan itu sehingga orang yang bersungguh-sungguh bekerja disejajarkan dengan mujahid fi sabilillah. Kerja tak hanya menghasilkan nafkah materi, tapi juga pahala, bahkan maghfirah dari Allah SWT.
Rasulullah saw bersabda, “Jika ada seseorang yang keluar dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itu pun di jalan Allah. Tetapi jika ia bekerja untuk berpamer atau bermegah-megahan, maka itulah ‘di jalan setan’ atau karena mengikuti jalan setan,” (HR Thabrani).
Kerja juga berkait dengan martabat manusia. Seorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan orang lain. Jatuhnya harkat dan harga diri akan menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Tindakan mengemis, merupakan kehinaan, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah SWT. Orang yang meminta-minta kepada sesama manusia tidak saja hina di dunia, tapi juga akan dihinakan Allah kelak di akhirat.
Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi keperluannmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain,” (HR Bukhari dan Muslim).
Bekerja juga berkait dengan kesucian jiwa. Orang yang sibuk bekerja tidak akan ada waktu untuk bersantai-santai dan melakukan ghibah serta membincangkan orang lain. Ia akan menggunakan waktunya untuk meningkatkan produktiviti dan kualiti kerja. Setiap Muslim yang berkemampuan wajib hukumnya bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya.Abu Hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat dihormati. Ilmunya luas dan muridnya banyak. Di tengah kesibukannya belajar dan mengajar, ia masih menyempatkan diri untuk bekerja sehingga tidak jelas apakah ia seorang pedagang yang ulama atau ulama yang pedagang. Baginya, berusaha itu suatu keharusan. Sedangkan berjuang, belajar dan mengajarkan ilmu itu juga kewajiban.Tentang nilai usaha ini, Islam tidak hanya bicara dalam tataran teori, tapi juga memberikan contohnya. Rasulullah saw adalah seorang pekerja. Para sahabat yang mengelilingi beliau juga adalah para pekerja. Delapan sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga adalah para saudagar yang kaya.Kenapa orang yang bekerja itu mendapatkan pahala di sisi Allah SWT? Jawabannya sederhana, karena bekerja dalam konsep Islam merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaedah fiqh, orang yang menjalankan kewajiban akan mendapatkan pahala, sedangkan mereka yang meninggalkannya akan berdosa.
Tentang kewajiban bekerja, Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa dan sebagainya),” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi)
Karena bekerja merupakan kewajiban, maka tak heran jika Umar bin Khaththab pernah menghalau orang yang berada di masjid agar keluar untuk mencari nafkah. Umar r.a tak suka melihat orang yang pada siang hari tetap asyik duduk di masjid, sementara siang mentari sudah terpancar bersinar.
Sesuatu kerja itu dikategorikan sebagai ibadah apabila ia bekerja untuk:
1. Bekerja untuk keperluan diri. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Jika pergi sesorang di antara kamu pada tengahari untuk mengambil kayu bakar dibelakangnya, sehingga dia dapat bersedekah darinya dan mencegah daripada meminta-minta maka yang demikian adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain sama ada diberi atau tidak kerana tangan yang di atas adalah lebih baik daripada tangan yang dibawah, mulailah daripada yang terdekat.”
2. Bekerja untuk keperluan keluarga. Rasulullah S.A.W bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat cintakan kepada orang mu’min yang bekerja (Hadiht)”.
Sesuatu kerja itu dikategorikan sebagai ibadah apabila ia bekerja untuk:
1. Bekerja untuk keperluan diri. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Jika pergi sesorang di antara kamu pada tengahari untuk mengambil kayu bakar dibelakangnya, sehingga dia dapat bersedekah darinya dan mencegah daripada meminta-minta maka yang demikian adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain sama ada diberi atau tidak kerana tangan yang di atas adalah lebih baik daripada tangan yang dibawah, mulailah daripada yang terdekat.”
2. Bekerja untuk keperluan keluarga. Rasulullah S.A.W bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat cintakan kepada orang mu’min yang bekerja (Hadiht)”.
3. Bekerja untuk keperluan masyarakatUmum mengetahui tidak semua manusia mempunyia kepakaran dalam semua bidang. Untuk itu kemahiran individu dapat menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat yang diklasifikasikan sebagai tuntutan fardhu kifayah sebagai menepati firman Allah yang bermaksud: “Bertanyalah pada orang yang lebih tahu jika kamu tidak mengetahui.”
4. Bekerja untuk memakmurkan bumi AllahPekerjaan yang kita lakukan mempunyai hubungan kait yang rapat dengan unsur kehidupan manusia didunia selain memelihara segala nikmat Allah yang dikurniakan dimuka bumi ini.
Manakala cirri-ciri kerja itu, dianggap sebagai ibadah apabila memenuhi perkara berikut:-
a) Niat kerana Allah
b) Berteraskan Iman dan taqwa
c) Tidak meninggalkan yang wajib
d) Mendapat ganjaran dunia dan akhirat
Namum sesuatu kerja itu dianggap sebagai ibadah apabila :-
a) Pekerjaan itu mestilah perbuatan yang harus atau boleh dikerjakan menurut syara’
b) Pekerjaan yang disertakan dengan niat dan diredhai Allah
c) Pekerjaan yang dilaksanakan dengan tekun, cekap dan bersungguh-sungguh
d) Pekerjaan berasaskan prinsip syariah seperti amanah, adil dan bertanggungjawab
e) Menghasilkan kerja yang berkualiti
No comments:
Post a Comment